Jumat, 27 Mei 2011

sikap prajurit pada masyarakat


SENYUM DAN SALAM KHAS GARUDA UNTUK PERDAMAIAN LIBANON

Oleh : Andi Perdana Kahar
“Acap kali ku pandang rangkaian kata mutiara “Beginning with smile for peaceful Lebanon” yang menghiasi indahnya Taman Air Garuda, teringat diriku akan setiap tamu dan pengunjung compound Adshit Al Qusayr yang langsung tersenyum damai seraya memandang tulisan itu. Di saat yang sama, ingatanku juga mengarah pada motto Garuda UNIFIL yakni “How to win the heart and the mind of the Lebanese”. Dan di hari ini kebanggaanku semakin memuncak ketika beberapa warga kota Zahlah meneriakkan kata “GARUDA” kepada rombongan Perwira UNIFIL, termasuk diriku di dalamnya, dengan komposisi mayoritas berasal dari negara Eropa yang tengah menikmati perjalanan TOUR LAF dan secara serempak membalasnya dengan salam yang sama, “GARUDA”.

Cuplikan di atas adalah sepenggal catatan yang tertulis dalam buku harian seorang perwira TNI yang sedang mengemban tugas menjalankan misi perdamaian PBB di Libanon, di bawah naungan UNIFIL (United Nations Interim Force In Libanon).

Sebegitu besarkah pengaruh kata yang menjadi salam para peacekeeper asal Indonesia ini?  Hal apa yang membuat nama lambang negara tercinta Indonesia ini menjadi begitu kesohor di negeri Kahlil Gibran ini? Artikel ini akan mengantar para pembaca mengenal lebih dekat, pengabdian para anak bangsa yang tengah mengemban misi negara untuk ikut serta memelihara ketertiban dunia, nun jauh di sana , di Libanon.

Perang 34 hari pada tahun 2006 telah mengantar PBB mengeluarkan Resolusi nomer 1701 yang melatari pengiriman pasukan perdamaian Indonesia dengan nama sandi Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII. Sebelumnya telah terjadi 3 kali rotasi penggantian pasukan Indonesia , sehingga kontingen yang sedang menjalankan misi saat ini dinamakan Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL (Indonesian Battalion).

Tingginya apresiasi yang diberikan kepada kontingen Indonesia memungkinkan Indonesia menambah jumlah kekuatan peacekeeper di Libanon, sehingga pada penghujung tahun 2009, Indonesian Battalion (Indobatt) mendapat penebalan pasukan, semula terdiri dari 4 Kompi Mekanis dan 1 Kompi Pendukung, menjadi 5 Kompi Mekanis dan 1 Kompi Pendukung serta penambahan awak dan teknisi ranpur sebanyak 18 orang, sehingga akumulasi prajurit Indobatt saat ini berjumlah 1018 orang.

INDOBATT sebagai Peacekeeper

Ada beberapa ciri kontingen Indonesia sekaligus jawaban atas pertanyaan mengapa Kontingen Indonesia dapat beradaptasi dengan cepat dan diterima dengan hangat oleh warga Libanon. Ciri ini sesungguhnya merupakan warisan para leluhur kita sebagai sebuah kearifan budaya yang telah mendidik kita menjadi salah satu bangsa paling ramah di dunia,  jawabannya adalah SENYUM, SALAM dan SAPA. (Berdasarkan hasil survei The Smiling Report 2009, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia dengan skor 98%  serta skor yang sama (98%) untuk salam).   Ketiga formula rahasia tersebut telah mengakar di lubuk sanubari para Prajurit Garuda. Tak heran jika ketika kendaraan milik Indobatt melintas di tengah perkampungan, masyarakat akan melambaikan tangan sambil meneriakkan kata “GARUDA”. Sebab, Prajurit Garuda sudah memulainya sebelum orang lain melambaikan tangan.

Selain ketiga formula tersebut, berbagai program pemulihan rasa trauma pasca perang menjadi jurus lain kontingen Indonesia dalam memenangkan hati dan fikiran masyarakat Libanon. Di lingkungan misi PBB dimanapun berada, aktifitas pemulihan tersebut termuat dalam sebuah program kerja bernama CIMIC (Civil Military Coordination) atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan istilah Pembinaan Teritorial. Program-program tersebut diantaranya pemberian pelatihan keterampilan terapan seperti perbengkelan, pendidikan komputer bagi anak usia sekolah bahkan bagi ibu rumah tangga, medical assistance dan nursing, kerja bakti pembersihan lingkungan bersama masyarakat atau hanya sekedar membantu sebuah mobil masyarakat yang terkepung oleh hujan salju. Indobatt lebih mengedapankan sentuhan kemanusiaan secara langsung daripada program–program pembangunan yang bernilai ratusan atau bahkan ribuan dolar. Mungkin hal ini pula yang membedakannya dengan program Cimic yang banyak dikembangkan oleh kontingen negara lain.  Satu-satunya program Cimic yang cukup bernilai ekonomi hanyalah Smart Car, wahana multimedia keliling sumbangan Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2007 serta Mobile Library hasil kreasi Satgas Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-D pada tahun 2009 untuk memelihara minat baca para prajurit. Selebihnya adalah kegiatan-kegiatan kreatif ringan biaya namun menyentuh sisi kemanusiaan rakyat Libanon. Mungkin hanya Indobatt yang mengunjungi rumah seorang gadis miskin dan lumpuh, dengan membawakan sekotak coklat dan sebatang lilin, kemudian merayakan ulang tahun gadis tersebut bersama prajurit Indobatt. Setelah itu, hanya tangis haru keluarga Maryam (nama gadis lumpuh tersebut) yang kemudian terbang menjadi buah cerita dari mulut ke mulut dan melambungkan citra positif Indonesia di tengah-tengah masyarakat Desa Deir Sirian Libanon. 

INDOBATT sebagai Duta Budaya Indonesia

Ditengah rasa rindu akan tanah air, senandung angklung  terasa sangat indah ketika tangan-tangan terampil yang biasa memegang senjata kali ini  memetik bilah–bilah bambu tersebut menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta karya sang maestro musik legendaris Ismail Marzuki. Rasa itu kemudian terasa semakin hangat ketika untaian bilah–bilah bambu tersebut mengeluarkan instrumen lagu You Rise Me Up, tembang yang dilantunkan oleh penyanyi pria asal Los Angeles, Josh Groban.  Namun itulah arti sebuah inovasi. Ditengah berbagai tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan misi perdamaian di Libanon, Indobatt tidak pernah lupa untuk mengenalkan Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh adalah melalui budaya.  Bahkan, masyarakat Libanon sendiri seolah tidak percaya ketika nada-nada yang dihasilkan suara bambu yang saling bersahutan tersebut akhirnya menjadi sebuah lagu yang sangat akrab bagi masyarakat Libanon, Kolluna Lilwatan, lagu kebangsaan Libanon. Secara psikologis, masyarakat tersentuh hatinya, bagaimana pasukan Indonesia sangat menghargai bangsa Libanon, meski bukan lewat kata, tetapi lewat senandung angklung, alat musik tradisonal Indonesia.

Tidak hanya angklung, beberapa seni budaya Indonesia juga kerap menjadi penampilan yang menarik baik bagi masyarakat Libanon, maupun bagi kontingen negara lain ketika berkunjung ke Markas Indobatt di Adshit Al Qusayr Libanon Selatan, atau pada acara- acara penampilan seni budaya Indonesia. Rampak Gendang, Tari Saman, Marawis, Kuda Lumping dan Tari Kecak kerap sekali menjadi sajian yang menarik pada berbagai event budaya. Hal yang paling membanggakan, seluruh seni budaya tradisional Indonesia tersebut, dilakukan oleh prajurit GARUDA.  Ketika seni budaya tersebut ditampilkan pada acara malam resepsi budaya Indonesia di akhir masa jabatan Dubes Indonesia untuk Libanon, Bapak Bagas Hapsoro, Martine Andraos selaku Miss Libanon memberikan apresiasi yang tinggi terhadap penampilan Tari Kecak persembahan Indobatt. Terlebih saat tim kesenian Indobatt berupa Tari Sisingaan - Kuda Lumping dan Tari Saman diturunkan pada saat kegiatan kampanye kebudayaan Grand Launching Indonesia dengan tema “Let’s Enjoy the Alluring Indonesia” yang diselenggarakan di UNESCO Palace Beirut tanggal 30 April 2010, tidak henti-hentinya para penonton memberikan tepukan kagum, bahkan terlihat anak-anak ikut menepuk-nepuk pundak dan paha mereka ketika irama gerakan semakin cepat dan kompak.

Selain  seni dalam bentuk musik, lagu dan tari, tampilan Markas Indobatt juga merupakan suatu promosi budaya Indonesia. Ketika seseorang datang berkunjung ke Markas Indobatt di  Adshit Al Qusayr, orang tersebut telah diajak untuk lebih mengenal Indonesia. Sejak sang tamu memasuki pintu gerbang Markas Indobatt yang mengesankan budaya Minang dipadu dengan Gunungan khas Jawa, dilanjutkan dengan tampilan Lukisan Gatotkaca dan Garuda Wisnu Kencana yang menempel pada dinding ruang makan. Seluruhnya ini merupakan kreasi prajurit Indonesia, sebagai wujud cinta tanah air dan upaya untuk lebih mengenalkan nama dan budaya Indonesia. Prajurit Kepala Putut Setiawan, salah satu prajurit Indobatt yang aktif menuangkan karya seni khas Indonesia, memiliki pemikiran “setidaknya kerinduanku terhadap keluarga di tanah air dapat terobati ketika aku merasakan nuansa Indonesia di negeri orang ini”. Namun terlepas dari semua alasan itu, tampilan compound yang Indonesia banget  adalah sebuah promosi budaya yang seakan mengajak orang untuk mengunjungi negeri tercinta Indonesia.

INDOBATT sebagai Prajurit Profesional

Sebagai bagian dari misi perdamaian yang mayoritas diawaki oleh personel sipil dan kontingen militer dari berbagai negara, keunggulan di bidang militer tentu saja menjadi salah satu tolak ukur atas profesionalisme kontingen.  Berdasarkan World Military Strength pada bulan Februari 2009, Tentara Nasional Indonesia berada pada urutan ke-14 diantara angkatan bersenjata negara-negara di dunia. Penempatan urutan peringkat tersebut disusun berdasarkan besar kekuatan personel, alutsista, keuangan serta kondisi geografis negara tersebut. Namun demikian, kualitas profesionalisme peacekeeper Garuda ditengah komuniti internasional yang berada di bawah bendera PBB tampak lebih signifikan mengingat bahwa seluruh gerak gerik dan aktifitas yang dilakukan oleh seluruh personel UNIFIL terlihat secara kasat mata.  Tingkat profesionalisme tersebut telah tampak sejak awal penugasan Kontingen Garuda XXIII-D di Libanon Selatan. Tiga hari setelah melaksanakan Transfer of Authority dari kontingen sebelumnya, Konga XXIII-D bahkan telah mendapat ujian yang pada akhirnya menuai pujian. Ketika terjadi ketegangan antara prajurit IDF (Israeli Defense Force) dengan prajurit LAF (Lebanese Armed Force) pada Blue Line, garis batas teritorial antara Libanon dan Israel, Prajurit Indonesia tanpa ragu maju ke tengah- tengah kedua pihak yang sedang bersitegang sembari mengibarkan bendera PBB untuk meredakan ketegangan yang terjadi. Tindakan tersebut mendapat apresiasi yang sangat baik dari berbagai pihak.

 Demikian juga pada berbagai pertandingan olahraga yang digelar antar kontingen, baik olahraga kemiliteran maupun beberapa cabang olahraga umum, Indobatt selalu berhasil memposisikan diri pada posisi terhormat. Adalah sebuah kebanggaan tersendiri ketika Indobatt berhasil menyapu bersih predikat juara pada lomba menembak pistol dan senapan yang digelar antar kontingen militer di Sektor Timur UNIFIL. Predikat juara, baik juara pertama, kedua maupun ketiga, yang berhasil diraih oleh prajurit Garuda pada momen tersebut meliputi seluruh nomer perorangan, beregu dan eksekutif para pejabat komandan.

Sebagai wujud kesetaraan, Indobatt tak pernah ragu melakukan berbagai kegiatan latihan bersama dengan kontingen negara lain. Salah satunya QRF (Quick Reaction Force) pasukan reaksi cepat UNIFIL yang saat ini dipercayakan kepada negara Perancis, pernah menjalin kerjasama dan melaksanakan latihan bersama. Demikian juga latihan komunikasi terintegrasi, Mobile Command Post bersama Komando Sektor Timur UNIFIL yang dinominasi oleh personel dari negara Spanyol, menjadi salah satu bentuk rasa percaya diri prajurit Garuda untuk mensejajarkan diri dengan negara- negara yang sudah dianggap maju dalam hal kemiliteran. Kerjasama dan latihan yang dilaksanakan memberikan pengalaman dan pengetahuan yang sangat berharga bagi Prajurit TNI untuk meningkatkan profesionalisme diri sebagai prajurit militer.

Pengakuan atas profesionalisme Prajurit TNI juga dapat dilihat melalui penunjukan salah satu kompi mekanis Indobatt sebagai Kompi Pengawal Markas Besar UNIFIL di Naqoura (Force Protection Company). Dengan kata lain, UNIFIL telah mempercayakan keamanan dan keselamatan Force Commander sebagai Head of the Mission in Lebanon (Panglima UNIFIL, saat ini dijabat seorang Mayor Jenderal berkebangsaan Spanyol) serta petinggi–petinggi UNIFIL lainnya, termasuk aset dan perkantoran yang berada di Markas Besar UNIFlL Naqoura kepada prajurit Indonesia. Rasa kebanggaan itu semakin tebal dengan kehadiran 13  kendaraan tempur jenis APC dengan nama “ANOA” buatan PT PINDAD Indonesia dalam melengkapi alutsista Indobatt selama melaksanakan tugas. Setidaknya Prajurit Indonesia akan semakin percaya diri dan mampu menegakkan kepala bergaul bersama pasukan dari negara-negara maju lainnya, sambil berkata, “Ini adalah ANOA, panser buatan negeriku, Indonesia”.

Pada akhirnya, semangat untuk mengibarkan Sang Merah Putih di negeri Libanon dengan landasan komitmen menjaga netralitas Indonesia di tengah pihak-pihak yang sedang bertikai merupakan dasar atas segala upaya yang telah dilakukan. Kolaborasi semangat dan komitmen yang luhur tersebut juga dilapisi hasrat hati untuk lebih memperkenalkan warisan budaya dan karakter Bangsa Indonesia yang mampu memenangkan hati dan pikiran masyarakat setempat. Hal ini jua alasan mengapa timbul rasa kebanggan yang memuncak sebagaimana tertulis dalam secarik catatan yang disebutkan di atas.

Letkol Inf Andi Perdana Kahar
Dansatgas Batalyon Mekanis Konga XXIII-D/UNIFIL

RIWAYAT HIDUP SINGKAT
LETNAN KOLONEL INF ANDI PERDANA KAHAR
KOMANDAN SATGAS BATALYON MEKANIS TNI KONTINGEN GARUDA XXIII-D/UNIFIL

Letnan Kolonel Inf Andi Perdana Kahar menerima komando kepemimpinan Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL pada tanggal 26 Nopember 2010. Batalyon mekanis XXIII-D/UNIFIL ini merupakan satuan tugas keempat yang dikirimkan oleh TNI untuk melaksanakan penugasan misi perdamaian di wilayah Libanon Selatan, terhitung sejak Nopember 2006.

Pada kesempatan yang bersamaan melaksanakan tugas ini, Letkol Inf Andi Perdana Kahar sekaligus menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 323/Raiders yang berlokasi di Kota Banjar, Jawa Barat. Selama hampir 18 tahun bertugas sebagai Perwira TNI Angkatan Darat, terhitung sejak kelulusan dari Akademi Militer Indonesia pada tahun 1992, beliau telah melalui beberapa jabatan di beberapa satuan. Sejak bulan Mei 1993 sampai dengan Desember 2000, beliau bertugas di Batalyon Infanteri 327 Kodam III/Siliwangi sebagai Komandan Peleton, Komandan Kompi B, Komandan Kompi Markas dan Perwira Staf Operasi Batalyon. Setelah menyelesaikan pendidikan Selapa Infanteri tahun 2000, beliau menempati beberapa jabatan di wilayah Kodam VII/Wirabuana Sulawesi, antara lain sebagai Wakil Komandan Dodiklatpur, Wakil Komandan Batalyon Infanteri 721, Pabandya Operasi Staf Operasi Kodam, Wakil Komandan Batalyon Infanteri 700/Raiders dan Kepala Staf Kodim 1408/BS. Pada tahun 2007, setelah lulus dari pendidikan Sesko TNI-AD, beliau menjabat sebagai Komandan Satuan Pendidikan Selapa di Pusat Pendidikan Infanteri, Bandung. Selama hampir satu tahun mengemban jabatan tersebut, kemudian beliau mendapat kepercayaan untuk menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri 323/Raiders.

Untuk pengalaman tugas, beliau telah melaksanakan beberapa penugasan operasi militer di dalam negeri, termasuk tugas operasi di Timor Timur (1994), Irian Jaya (1997), Pengamanan Perbatasan Atambua (2003) dan Aceh (2004).

Sampai dengan saat ini, Letkol Inf Andi Perdana Kahar telah menikah dengan Ibu Yuyun Januar T. dan dikaruniai dua orang putra-putri.
(Dispenad)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar